Kamis, 31 Maret 2011

METABOLISME MINERAL

Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam bebagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim. Keseimbangan mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membrane sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap terhadap rangsangan.


Sekitar 4 % dari tubuh kita terdiri atas mineral, yang ada dalam analisa bahan makanan tertinggal sebagai kadar abu, yaitu sisa yang tertinggal bila suatu sampel bahan makanan dibakar sempurna di dalam suatu tungku. Kadar abu menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. Jumlah itu setiap waktu bisa bertambah.

Mineral dapat dikelompokkan menjadi dua macam kelompok besar mineral (elemen/unsur) yang terdapat dalam tubuh kita, berdasarkan kuantumnya, ialah :

Makro elemen, yaitu terdapat dalam kwantum yang relative besar, seperti K, Na, Ca, Mg, dan P, S, serta CI.
Mikro elemen, yang terdapat dalam kwantum yang relative sedikit. Mikro elemen dapat dikelompokkan lagi menurut kegunaannya di dalam tubuh :

1. Mikro elemen esensial, yaitu yang betul-betul diperlukan oleh tubuh jadi harus ada seperti Fe, Cu, Co, Se,Zn, dan J, serta F.
2. Mikro elemen yang mungkin esensial, belum pasti betul diperlukan atau tidak dalam struktur atau fisiologi tubuh, seperti Cr, Mo.
3. Mikro elemen yang tidak diperlukan, atau non-esensial. Jenis ini terdapat di dalam tubuh karena terbawa tidak sengaja bersama bahan makanan. Jadi sebagai kontaminan (pencemar) termasuk ke dalam kelompok ini adalah Al, As, Ba, Bo, Pb, Cd, dsb.
4. Ada lagi kelompok yang disebut trace elements, yang sebenarnya sudah termasuk kelompok mikro elemen, tetapi diperlukan dalam kwantum yang lebih kecil lagi,dalam kelas ini termasuk Co, Cu dan Zn.

Sifat keasaman dan kebasaan suatu bahan makanan tergantung jumlah dan jenis mineral yang dikandungnya. Bahan makanan seperti sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral Na, K, Ca, Fe, dan Mg yang di dalam tubuh akan membentuk komponen bersifat basa. Oleh karena itu, bahan tersebut disebut base forming foods. Bahan serelia mengandung Cl, P, dan S. Dalam tubuh unsur tersebut membentuk komponen yang bersifat asam sehingga bahan makanan tersebut membentuk komponen yang bersifat asam sehingga bahan makanan tersebut dikenal sebagai acid forming foods. Sulfur yang ada dalam bahan makanan biasanya dalam bentuk netral dan merupakan komponen asam amino yang mengandung sulfur.

Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam tubuh, namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan da reproduksi. Kandungan mineral mikro dalam bahan makanan sangat tergantung pada konsentrasi mineral mikro.

Mineral dalam bahan makanan tidak semuanya dapat dimanfaatkan. Keadaan tersebut tergantung ketersediaan biologisnya (tingkatan zat gizi yang dimakan yang dapat diabsorpsi oleh tubuh). Faktor yang mempengaruhi ketersediaan biologis mineral antara lain interaksi dengan senyawa lain.

Setiap unsur esensial dibutuhkan satu atau lebih fungsinya di dalam tubuh dan fungsinya terjadi secara optimal ketika nutrisi konsentrasi tubuh jatuh didalam daerah yang spesifik. Kapanpun konsentrasinya terlalu rendah atau terlalu tinggi, fungsi melemah atau mati yang dihasilkan. Ini terutama paling penting ketika keseimbangan mineral sisa karena angka konsentrasi optimal dapat menjadi hampir terbatas. Selain itu, karena interaksi diantara mineral essensial sisa, melampaui batas pemasukan satu, khususnya ion divalent ( misalnya, zinc, magnesium, kalsium, besi), dapat mencegah absorpsi dengan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar